Love your Life.. Have fun, guys...!!

Selasa, 16 Oktober 2012

Retardasi Mental


Pengertian Retardasi Mental
                Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
                Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri.
                Menurut kriteria DSM-IV-TR untuk gejala anak retardasi mental terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
1.              Kriteria pertama, seseorang harus memiliki intelektual yang secara signifikan berada di tingkatan sub average (dibawah rata-rata), yang ditetapkan berdasarkan satu tes IQ atau lebih. Dengan cutoff score yang oleh DSM-IV-TR ditetapkan sebesar 70 atau kurang.
2.              Kriteria Kedua, adanya defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif yang muncul beragam setidaknya dua bidang yakni, komunikasi, merawat diri sendiri, mengurus rumah, keterampilan social, interpersonal, pemanfaatan sumber daya di masyarakat, keterampilan akademis, pekerjaan, kesehatan, dan keselamatan.
3.              Kriteria Ketiga, anak dengan retardasi mental ciri intelektual dan kemampuan adaptif  itu harus muncul sebelum mencapai 18 tahun.

            Gejala anak retardasi mental menurut (Brown, dkk 1991 dalam Sekar, 2007) menyatakan :
1.              Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2.              Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3.              Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4.              Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5.              Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti : berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6.              Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7.              Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya : memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dan lain-lain.

Klasifikasi Retardasi Mental
            Kriteria penggolongan retardasi mental tidak bisa hanya menggunakan patokan intelegensi, karena beberapa orang yang masuk dalam kelompok retardasi mental ringan tidak memiliki gangguan pada fungsi adaptif sehingga tidak bisa digolongkan dalam gangguan retardasi mental. Penggolongan berdasarkan intelegensi dapat digunakan jika penderita mengalami gangguan pada fungsi adaptif.
            Berikut ini merupakan ringkasan karakteristik orang-orang yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental.
1.      Retardasi mental ringan
Antara IQ 50-55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6. Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak.
2.      Retardasi mental sedang
Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang disupervisi.
3.      Retardasi mental berat
Antara IQ 20-25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di institusi penampungan dan membutuhkan bantuan super visi terus menerus. Orang dewasa yang mengalami retardasi mental berat dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara singkat di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi. Mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.
4.      Retardasi mental sangat berat
IQ di bawah 25. Mereka yang masuk dalam kelompok ini membutuhkan supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar mengalami abnormalitas fisik yang berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun. Tingkat kematian di masa anak-anak pada orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat tinggi.

Jumat, 12 Oktober 2012

Studi Kasus

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.

Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif
Kelemahan dan Kelebihan
  1. Kelemahan :
    • Studi kasus dipandang kurang ilmiah/pseuadu-scientific karena pengukuran/analisisnya bersifat subjektif atau tidak bisa dikuantifisir.
    • Hasil penelitian studi kasus tidak bisa digeneralisasi pada kasus yang sama yang dialami oleh orang lain.
    • Karena bersifat deskriptif, studi kasus dianggap kurang memberi sumbangan dalam persoalan-persoalan praktis dalam mengatasi suatu masalah.
    • Biaya penelitian studi kasus tergolong mahal.
    • Karena bersifat fleksibel, hal tersebut memungkinkan peneliti untuk beralih fokus studi ke arah yang tidak seharusnya.
     2. Kelebihan :
    •  Faktor fleksibilitas. Pendekatan studi kasus biasanya lebih fleksibel karena disainnya memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan.
    • Penekanan pada pemahaman konteks.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus

Rabu, 02 Mei 2012

Singkatan dan Antonim


SINGKATAN DAN AKRONIM

A.    SINGKATAN
Singkatan secara sederhana merupakan sebuah huruf atau sekumpulan huruf sebagai bentuk pendek dari sebuah atau beberapa kata. Sebagai contoh: kata sebagai kadang-kadang disingkat sbg. Penyingkatan bisa dilakukan terhadap sebuah kata ataupun sebagai terhadap beberapa kata.
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1.     Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Surajuddin
Muh. Yamin
Djaja Hs.
M.B.A. master or business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
Bpk. Bapak
Sdr. saudara
2.     Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR – Dewan Perwakilan Rakyat
PT – Perseroan Terbatas
KTP – Kartu Tanda Penduduk
SIM – Surat Ijin Mengemudi
3.     Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Singkatan yang terdiri dari dua huruf diikuti tanda titik pada setiap hurufnya.
Contoh:
dll. – dan lain-lain
dsb. – dan sebagainya
sda. – sama dengan di atas
Yth. – Yang terhormat
a.n. atas nama (bukan a/n)
d.a. dengan alamat (bukan d/a)
u.b. untuk beliau (bukan u/b)
u.p. untuk perhatian (bukan u/p)
4.     Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu (kuprum/timah)
TNT (trinitroluen)
cm (sentimeter)
Rp (rupiah)
M (meter)

B.    AKRONIM
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misal rudal untuk peluru kendali (KBBI Edisi Ketiga). Perihal akronim dalam perspektif ilmu bahasa dan aplikasinya dalam teknologi informasi telah dijelaskan oleh Zahariev.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online kependekan yg berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yg ditulis dan dilafalkan sbg kata yg wajar (msl mayjen mayor jenderal, rudal peluru kendali, dan sidak inspeksi mendadak).
Akronim terlalu pendek kurang disukai karena berisiko ditemui akronim yang sama tetapi berbeda makna. Sebalik-nya, akronim yang terlalu panjang dapat merepotkan. Kesesuaian dengan kata-kata atau makna yang diwakili merupakan hal penting, di samping perlunya akronim itu mudah diucapkan.
Konflik pengertian dengan kata lain atau akronim lain dapat menimbulkan komplikasi yang tidak perlu. Pembentukan akronim dalam perspektif etika bahasa dapat mengacu pada pendapat Wittgenstein (1889-1951, filsuf bahasa, matematika, dan logika) yang menyatakan bahwa perkataan adalah sebuah tindakan moral, sehingga perkataan yang benar adalah yang didasari dengan etika, moralitas, dan logika yang baik.
Akronim umum:
§  Asbun (asal bunyi)
§  Sinetron - sinema elektronik
§  Petrus (penembak misterius)
§  Markus (makelar kasus)
Akronim politik di Indonesia:
Ø  Kades - Kepala Desa
Ø  Pelita - Pembangunan Lima Tahun
Ø  Pemkot - Pemerintah Kota (Kotamadya)
Akronim lalu lintas:
Ø  STNK - Surat Tanda Nomor Kendaraan
Ø  SIM: Surat Izin Mengemudi
Ø  BPKM: Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
Akronim terkait dengan masalah pendidikan:
Ø  TOGA: Tanaman Obat keluarGA
Seringkali akronim adalah sebuah kata atau singkatan resmi yang artinya diplesetkan. Beberapa contoh:
Ø  Gepeng - Gelandangan dan Pengemis
Ø  Pecel Lele - pemakai celana lebar-lebar

Akronim disebut juga dengan singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1.     Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal sari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI – Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN – Lembaga Administrasi Negara
IKIP – Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
2.     Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
Akabri – Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
3.     Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu – pemilihan umum
rapim – rapat pimpinan

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
1.     Jumlah suku kata akronim jangan melebihi suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
2.     Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.