Love your Life.. Have fun, guys...!!

Jumat, 27 April 2012

Bahasa Indonesia (Majas)


BAHASA INDONESIA===>> MAJAS
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis
Jenis-jenis Majas

A.   Majas perbandingan

1.    Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi.
Puisi “Diponegoro” karya Sanusi Pane.
2.    Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
3.    Asosiasi atau Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya,bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya
Bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
Semangatnya keras bagaikan baja.
Wajahnya bagai bulan purnama
4.    Metafora: Majas Metafora adalah Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat.
Contoh : Raja siang, kambing hitam.
Waspadalah terhadap lintah darat
Dia dianggap anak emas majikannya.
Perpustakaan adalah gudang ilmu.
5.    Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6.    Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
Suaranya terang sekali.
Rupanya manis.
Namanya harum.
7.    Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo
8.    Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh: Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto Grobak.
9.    Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Majas yang memakai merek suatu barang. Contoh : rinso, sanyo. Kami ke rumah nenek naik kijang.
10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11.  Personifikasi: Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup. Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh : Awan menari – nari di angkasa
Baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk.
Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.
12. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
13.  Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek atau majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya.
Contoh : Setiap kepala dikenakan biaya.
Dia membeli dua ekor ayam
14. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh : Semoga Indonesia menjadi juara Thomas Cup
Desa itu diserang muntaber.
15. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan.
Contoh : Para tunakarya itu perlu diperhatikan.
           Tuna grahita, tuna wicara.
16. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
17. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
18. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
19. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
20. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
21. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

B.   Majas sindiran

1.    Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus. Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca
2.     Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar dan menyakitin hati orang lain.
Contoh : bangsat
Tidurnya saja sehari-hari seperti babi.
Kamu ini benar-benar goblok, bebal, otaku udang.
3.    Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh : Perilakumu membuatku kesal.
Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, kata-kata itu tidak pantas disampaikan orang terpelajar seperti kamu!
Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!
4.    Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5.    Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

C.   Majas penegasan

1.    Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2.    Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh : Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barangnya yang jatuh.
Dukun itu menengadah ke atas sambil menengadahkan tangannya.
Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
3.    Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat atau majas perulangan kata-kata sebagai penegasan dalam kalimat yang berbeda.
Contoh : Terlalu banyak penderitaan menimpa dirinya. Terlalu banyak masalah yang dihadapinya. Terlalu banyak.
4.    Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5.    Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan atau majas yang memanfaatkan kata-kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Dara damba daku, datang dari danau. Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.
6.    Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7.    Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8.    Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9.    Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan atau majas yang mengandung ulangan kata yang sama, dengan makna yang berbeda.
Contoh : Karena buah penanya yang controversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
Kita harus saling menggantungkan diri satu sama lain. Jika tidak, kita telah menggantung diri.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang makin lama makin mendebat. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut yang makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya atau majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh : Paman saya wartawan = Wartawan, paman saya.
Dia datang = Datang dia
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut atau majas yang berupa kalimat Tanya yang jawabannya itu sudah diketahui oleh penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikannya, untuk meyakinkan, ataupun sebagai sindiran.
Contoh : Siapa yang tidah ingin hidup bahagia? Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?

D.   Majas pertentangan
1.    Hiperbola: Suatu gaya bahasa yang bersifat melebih – lebihkan. Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan.
Tubuhnya kurus kering setelah ditinggalkan oleh ayahnya.
2.     Litotes adalah salah satu jenis gaya bahasa yang berisi pernyataan– pernyataan yang sengaja menyederhanakan, mengecilkan,atau mengurangi kenyataan yang sesungguhnya.Contoh : Terimalah pemberian kami yang tidak berharga ini. Kalau bapak berkenan, mampirlah ke gubuk kami
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Majas yang digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati.
3.     Paradoks adalah sejenis majas berupa kalimat pernyataan yangmengandung dua hal yang bertentangan satu sama lain.
Contoh : Dia mengalami kesepian ditengah keramaian kota Jakarta
Wanita itu membenci pria yang sangat di cintainya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar