Pengertian Retardasi
Mental
Retardasi
mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah
inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga
oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental
(W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi
mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal
berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada
tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam
penyesuaian diri.
Menurut kriteria DSM-IV-TR untuk gejala
anak retardasi mental terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
1.
Kriteria
pertama, seseorang harus memiliki intelektual
yang secara signifikan berada di tingkatan sub average (dibawah rata-rata),
yang ditetapkan berdasarkan satu tes IQ atau lebih. Dengan cutoff score yang oleh DSM-IV-TR ditetapkan sebesar 70 atau kurang.
2.
Kriteria
Kedua, adanya defisit atau hendaya dalam
fungsi adaptif yang muncul beragam setidaknya dua bidang yakni, komunikasi,
merawat diri sendiri, mengurus rumah, keterampilan social, interpersonal,
pemanfaatan sumber daya di masyarakat, keterampilan akademis, pekerjaan,
kesehatan, dan keselamatan.
3.
Kriteria
Ketiga, anak dengan retardasi mental ciri
intelektual dan kemampuan adaptif itu
harus muncul sebelum mencapai 18 tahun.
Gejala anak retardasi mental menurut (Brown,
dkk 1991 dalam Sekar, 2007) menyatakan
:
1.
Lamban dalam
mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia
pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2.
Kesulitan dalam
menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3.
Kemampuan bicaranya
sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4.
Cacat fisik dan
perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak
dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sangat sederhana,
sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5.
Kurang dalam
kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat
sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti : berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka
selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6.
Tingkah laku dan
interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler,
tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan
bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7.
Tingkah laku kurang
wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku
tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya
: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan
hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri,
membentur-beturkan kepala, dan lain-lain.
Klasifikasi
Retardasi Mental
Kriteria
penggolongan retardasi mental tidak bisa hanya menggunakan patokan intelegensi,
karena beberapa orang yang masuk dalam kelompok retardasi mental ringan tidak
memiliki gangguan pada fungsi adaptif sehingga tidak bisa digolongkan dalam
gangguan retardasi mental. Penggolongan berdasarkan intelegensi dapat digunakan
jika penderita mengalami gangguan pada fungsi adaptif.
Berikut
ini merupakan ringkasan karakteristik orang-orang yang masuk dalam
masing-masing level retardasi mental.
1.
Retardasi mental ringan
Antara IQ 50-55
hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum
mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari
keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6. Mereka dapat
bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit
dan mereka bisa mempunyai anak.
2. Retardasi
mental sedang
Antara IQ 35-40
hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki
kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik
yang normal, seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan
motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak
bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi
mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar
hidup bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang disupervisi.
3. Retardasi
mental berat
Antara IQ 20-25
hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan
keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di
institusi penampungan dan membutuhkan bantuan super visi terus menerus. Orang
dewasa yang mengalami retardasi mental berat dapat berperilaku ramah, namun
biasanya hanya dapat berkomunikasi secara singkat di level yang sangat konkret.
Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas secara mandiri dan sering kali
terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif
pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi. Mereka
mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.
4. Retardasi
mental sangat berat
IQ di bawah 25.
Mereka yang masuk dalam kelompok ini membutuhkan supervisi total dan sering
kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar mengalami abnormalitas
fisik yang berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri
kemanapun. Tingkat kematian di masa anak-anak pada orang yang mengalami
retardasi mental sangat berat sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar